Selamat Membaca

Cari Blog Ini

freedom of el-zaki

Rabu, 02 Januari 2013

JALANAN SEBAGAI JALAN TERAKHIR



JALANAN SEBAGAI JALAN TERAKHIR


Teriknya matahari pagi ini tidak menyusutkan langkahku berjalan menuju pasar Bulu. Jalan yang ramai dipenuhi oleh kendaraan, seolah tak mau sepi karenanya. Setapak demi setapak kakiku melangkah.

Beberapa menit kemudian metaku tertuju pada sosok perempuan yang sedang berdiri di sebuah bangunan mungil berwarna hijau dan berukuran 1x3 m. wajahnya kusut dan pakaian yang lusuh membuatku terperanjak untuk menghampirinya.

Ya, Miati namanya. Perempuan berusia 30th yang sudah 13th menikah dengan Yudi kumbara. Mereka dikaruniahi empat orang anak, yaitu Sita ( 13th), Bima (5th), Rio (3th), dan Riko (6 bulan). Dengan keluarga yang tergolong besar mereka harus tinggal di rumah munggilnya emperen pasar Bulu.

Sejak lahir Miati sudah hidup di jalan. Hiingga sekarang dia juga harus mengikuti jejak sang ibu. Ekonomi selalu menjadi kendala baginya. Suami yang hanya bekerja sebagai tukang ojek , yang belum tentu penghasilannya. “ Seharian mangkal belum tentu mendapatkan uang Rp. 10.000, malah-malah kadang tidak mendapatkan uang sepeserpun”, kata Miati.

Demi menyambung hidup, dia rela menjual asongan di Kalibanteng setiap malamnya dan meminta-minta. “ Lumayan mbak untuk kebutuha sehari-hari, kalau mengandalkan suami makan apa anak-anak saya “, tandasnya.

Meskipun kadang dia harus lari-lari menghindari satpol PP yang setiap saat bisa menangkapnya. Dia tidak putus semangat menjual asongan. Bukanlah alas an baginya untuk lepas dari tanggungjawab sebagai orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar